Senin, 25 Januari 2010

Teropong Matahari Boscha Setara Fasilitas Luar Angkasa


BANDUNG - Teropong matahari yang baru selesai dibangun di Observatorium Boscha di Lembang disebut-sebut setara dengan fasilitas sama di luar angkasa. Ini karena Indonesia berada di daerah tropis yang sangat tepat untuk penelitian matahari.

"Teleskop ini setara dengan teleskop yang ada di luar angkasa. Di sini, matahari bersinar sepanjang hari dan jarang awan, "tutur Robert J. Rutten, pakar fisika matahari dari Utrecht University, Belanda, yang ikut hadir dalam peresmian Teropong Matahari, Sabtu (31/10).

Di luar angkasa, salah satu wahana SOHO milik NASA yang khusus diperuntukkan mengamati matahari. Namun, tentu saja, teknis teknologi Teropong Matahari di Boscha masih sangat jauh dari SOHO.

Meskipun secara teknis kemampuan Teropong Matahari di Boscha tidaklah sebaik yang dimiliki di negara lain, termasuk di tempat penelitiannya di sebuah pulau di Laut Atlantik, keberadaan teropong di Boscha ini cukup vital. Selain letaknya yang cukup strategis, kompleks Boscha juga tidak jauh dari kota dan pusat-pusat pendidikan.

Untuk itu, dia berharap, keberadaan Teropong Matahari ini bisa lebih mendorong masyarakat, khususnya pelajar, akan ilmu astronomi. Fungsi utamanya adalah untuk pendidikan massal. Untuk merangsang banyak pelahar lebih menyukai astronomi. "Di tempat ini, kita bisa mendapatkan data yang canggih dan lengkap untuk proyek-proyek pengamatan atau penelitian pelajar," tuturnya.

Kepala Observatorium Boscha Taufik Hidayat berpendapat senada, pelayanan publik akan diutamakan di dalam pemanfaatan teropong yang baru ini. Untuk bisa memanfaatkan data pengamatan teropong ini, masyarakat umum pun tidak perlu repot datang ke lokasi.

Sebab, data secara realtime di-streaming di dalam situs ITB. Data ini pun rencananya akan dipasok untuk Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional.

Sumber : Kompas

Berita Terkait :

 

 

Boscha Resmikan Teropong Matahari


BANDUNG - Observatorium Boscha di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jabar, resmi mengoperasikan teropong matahari, Sabtu (31/10). Teropong yang dibuat mandiri oleh Institut Teknologi Bandung ini dikhususkan untuk penelitian matahari, khususnya bagian korona.

Teropong matahari ini terdiri dari tiga jenis teleskop heliostat yang beroperasi sekaligus secara three in one. Yaitu, visual white light yang dilengkapi filter berkekuatan 10.000 kali, hidrogen alfa, dan kalsium. Ketiga jenis teleskop ini memiliki fungsi yang berbeda-beda. Teleskop hidrogen alfa misalnya, sangat baik untuk melihat ledakan matahari di lapisan korona. Sementara, teleskop berfilter kascium sangat idel untuk meneliti permukaan matahari dan mengamati aktivitas bintik matahari (sunspot).

"Teleskop yang kalsium adalah yang pertama di Indonesia. Lapan memang memiliki yang alfa, tetapi katanya kurang maksimal karena sedang bermasalah. Dengan teleskop ini, kita bisa mengamati ledakan matahari dengan sangat baik," tutur Dhani Herdiwijaya dari Astronomi ITB.

Clara Yatini dari Bidang Matahari dan Antariksa Lapan membenarkan, keberadaan teropong matahari di ITB diharapkan bisa menopang riset mengenai aktivitas matahari secara lebih baik lagi. Lapan sebetulnya sudah memiliki teropong matahari khusus yang ada di stasiun Tanjungsari, Sumedang, dan Watukosek, Gresik, namun teropong yang ada belum maksimal. "Selama ini, kami lebih sering masih menggunakan yang jenis black and white," katanya.

Kepala Observatorium Boscha Taufik Hidayat menuturkan, fasilitas teropong matahari yang dilengkapi dengan rumah teropong ini bisa digunakan lintas lembaga, tidak hanya ITB. "Fasilitas ini dapat digunakan untuk guru, siswa, masyarakat umum yang haus dengan ilmu pengetahuan," tuturnya.

Berbeda dengan delapan teropong lainnya yang ada di Boscha, teropong ini dioperasikan secara real time (terus menerus). Data dan citra hasil pemantauan ditayangkan di layar monitor Worlwide Telescope hasil sumbangan Microsoft serta di proyektor yang bisa dilihat langsung oleh pengunjung. "Data di-upload di situs ITB. Jadi, setiap orang bisa mendapat data ini di mana saja," ujarnya.

Selain lensa coronado yang dibeli dari luar, baik perangkat teknis maupun sistem operasinya dikembangkan secara mandiri oleh tim dari ITB. Biaya pembangunan rumah teropong maupun teropongnya sendiri mencapai Rp 600 juta. Dana diperoleh dari beberapa sumber, yaitu Pemerintah Belanda, Kementrian Ristek dan Departemen Pendidikan Nasional.

Sumber : Kompas

- Teropong Matahari Boscha Setara Fasilitas Luar Angkasa 
- Tiga Perangko Tahun Internasional Astronomi Diluncurkan  
- Awal 2009, Boscha Dilengkapi Teropong Matahari
- Rumah Teropong Surya Di Boscha Bocor

Tiga Perangko Tahun Internasional Astronomi Diluncurkan

BANDUNG - Tiga perangko bertema Tahun Internasional Astronomi diluncurkan di Observatorium Boscha, Bandung, Sabtu (2/5). Seri ini terdiri dari tiga perangko, yaitu Teleskop Galileo, Logo International Year of Astronomy 2009, serta Wajah Galileo Galilei .

Menurut Kepala Unit Filateli PT Pos Indonesia, Abdussyukur, prangko ini dicetak sebanyak 300.000 set atau 900.000 keping. Harga per set Rp 7.500. Selain perangko, diterbitkan juga souvenir sheet (SS) dengan junlah cetak sebanyak 30.000 lembar dengan harga Rp 15.000 per lembar. SS memliki spesifikasi khusus berupa hologram berbentuk bintang yang tersebar di seluruh permukaan SS.

"Kami juga menerbitkan sampul hari pertama, baik perangko atau SS. Keduanya dicetak masin-masing sebanyak 5.000 lembar dengan harga Rp 9.500 per lembar untuk perangko dan Rp 17.000 untuk SS," katanya.

Sumber : Kompas

Awal 2009, Boscha Dilengkapi Teropong Matahari


BANDUNG, KAMIS - Observatorium Boscha akan mengoperasikan "Real Time Solar Telescope" atau teropong pemantau matahari pada awal 2009 mendatang. "Pengerjaan perangkat telescop itu sudah dilakukan kita buat sendiri di Institut Teknologi Bandung (ITB)," kata Kepala Observatorium Boscha ITB Lembang Dr. Taufik Hidayat di Bandung, Kamis (27/11).

Taufik menyebutkan, perangkat dan infrastruktur teleskop matahari itu ditargetkan selesai dirakit akhir Desember nanti. Sehingga, kata Taufik, awal Januari 2009 sudah bisa dioperasikan dan dipadukan dengan sistem online di Boscha.

Menurut Taufik, teleskop matahari itu akan menggunakan lensa Corona dari AS dengan tiga filter untuk pengamatan pinggir matahari, spektrum, dan cronospher dari sinar matahari.

"Semua data pantauan akan terekam secara digital dalam laporan lengkap yang terhubung ke dalam jaringan di sini. Hasilnya bisa dimanfaatkan oleh peneliti dan dikenali oleh masyarakat awam," katanya.
Pembangunan teropong matahari pertama di Boscha membutuhkan biaya sekitar Rp400 juta, yang sebagian di antaranya berasal dari bantuan Belanda.

Observatorium Boscha rencananya akan menggandeng Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk menyimpan dan meneliti data-data digital yang dihasilkan telescope itu.
"Data pengamatan itu bisa langsung dilihat. Kami akan bekerjasama dengan LIPI untuk mengolah dan penyimpan data digital itu," kata Taufik Hidayat.

Sementara itu, fasilitas aplikasi World Wide Telescope dari Miscrosoft, merupakan salah satu perangkat terbaru di Boscha. Perangkat World Wide Telescope merupakan piranti lunak yang diciptakan untuk para peneliti dan masyarakat umum yang mempunyai minat terhadap astronomi.

Para peneliti atau pengunjung Boscha bisa menikmati tata surya, planet dan galaksi hasil bidikan teleskop terbaik di dunia seperti Hubble, Observatorium sinar-X Chandra serta lainnya.

Sumber : Kompas

- Boscha Resmikan Teropong Matahari 
- Tiga Perangko Tahun Internasional Astronomi Diluncurkan
- Teropong Matahari Boscha Setara Fasilitas Luar Angkasa

Rumah Teropong Surya di Boscha Bocor


BANDUNG - Baru dioperasikan resmi kurang dari tiga bulan, Rumah Teropong Surya di Observatorium Boscha kini harus diperbaiki. Langit-langit bangunan yang diresmikan 31 Oktober 2009 lalu ini bocor di beberapa bagian.

"Kami belum melakukan perbaikan, karena memang menemukan titik bocornya tidak mudah," tutur Moch. Irfan, petugas di Observatorium Boscha yang ditemui di Kampus ITB, Rabu (6/1/2010).

Belum diketahui pasti penyebab bocornya bangunan rumah teropong terbaru di Boscha ini. Namun, sejumlah sumber menyebutkan, keretakan bangunan ini diakibatkan gempa besar yang mengguncang Jabar setengah tahun lalu.

Seperti diketahui, akibat gempa Tasikmalaya itu tembok rumah teropong surya ini retak. Gempa juga merusak Wisma Kerkhoven yang berada di kompleks Observatorium Boscha. Kerusakan minor juga terjadi di rumah teropong Zeiss Besar. Teropong diketahui pula bergeser dari tempatnya semula.

Sumber : Kompas

Berita Terkait :

- Teropong Matahari Boscha Setara Fasilitas Luar Angkasa 
- Boscha Resmikan Teropong Matahari 
- Tiga Perangko Tahun Internasional Astronomi Diluncurkan  
- Awal 2009, Boscha Dilengkapi Teropong Matahari

 


 

About

Site Info

Text

Berita TERSELUBUNG Copyright © 2009 Community is Designed by Bie